KONTROVERSI HUKUM PUASA ROJAB : SUNNAH/ BID’AH?
Oleh : Buya Yahya
Ada
2 hal yang harus diperhatikan dalam membahas masalah puasa Rojab.
Pertama : Tidak ada riwayat yang benar dari Rosulullah SAW yang
melarang puasa Rojab. Kedua : Banyak riwayat-riwayat tentang keutamaan
puasa Rojab yang tidak benar dan palsu.
Dan di dalam masyarakat kita terdapat 2 kutub ekstrim. Pertama adalah
sekelompok kecil kaum muslimin yang menyuarakan dengan lantang bahwa
puasa bulan Rojab adalah bid’ah. Kedua : Sekelompok orang yang biasa
melakukan atau menyeru puasa Rojab akan tetapi tidak menyadari telah
membawa riwayat-riwayat tidak benar dan palsu. Maka dalam risalah kecil
ini kami ingin mencoba menghadirkan riwayat yang benar sekaligus
pemahaman para ulama 4 madzhab tentang puasa di bulan Rojab
Sebenarnya masalah puasa rojab sudah dibahas tuntas oleh ulama-ulama
terdahulu dengan jelas dan gamblang. Akan tetapi karena adanya kelompok
kecil hamba-hamba Alloh yang biasa MENUDUH BID’AH ORANG LAIN
menyuarakan dengan lantang bahwa amalan puasa di bulan Rojab adalah
sesuatu yang bid’ah.
Dengan Risalah kecil ini mari kita lihat hujjah para ulama tentang
puasa bulan Rojab dan mari kita juga lihat perbedaan para ulama di dalam
menyikapi hukum puasa di bulan Rajab. Yang jelas bulan Rojab adalah
termasuk bulan Haram yang 4 (Dzul Qo’dah, Dzul Hijjah, Muharrom dan
Rojab) dan bulan haram ini dimuliakan oleh Allah SWT sehingga tidak
diperkenankan untuk berperang di dalamnya dan masih banyak keutamaan di
dalam bulan-bulan haram tersebut khususnya bulan Rojab. Dan di sini kami
hanya akan membahas masalah puasa Rojab, untuk masalah yang lainnya
seperti hukum merayakan Isro’ Mi’roj dan sholat malam di bulan rojab
akan kami hadirkan pada risalah yang berbeda.
Tidak kami pungkiri adanya hadits-hadits dho’if atau palsu (Maudhu’)
yang sering dikemukakan oleh sebagian pendukung puasa Rojab. Maka dari
itu wajib untuk kami menjelaskan agar jangan sampai ada yang membawa
hadits-hadits palsu biarpun untuk kebaikan seperti memacu orang untuk
beribadah hukumnya adalah HARAM dan DOSA BESAR sebagaimana ancaman
Rosulullah SAW dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Imam
Muslim :
مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّءْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ
Artinya : “Barang siapa sengaja berbohong atas namaku maka hendaknya mempersiapkan diri untuk menempati neraka”.
Dan perlu diketahui bahwa dengan banyaknya hadits-hadits palsu tentang
keutamaan puasa Rojab itu bukan berarti tidak ada hadits yang benar
yang membicarakan tentang keutamaannya bulan Rojab.
B. Dalil-dalil tentang puasa Rojab :
1. Dalil tentang puasa Rojab Secara umum
Himbauan secara umum untuk memperbanyak puasa kecuali di hari-hari yang
diharamkan yang 5 dan bulan Rojab adalah bukan termasuk hari-hari yang
diharamkan. Dan juga anjuran-anjuran memperbanyak di hari-hari seperti
puasa hari senin, puasa hari kamis, puasa hari-hari putih, puasa Daud
dan lain-lain yang itu semua bisa dilakukan dan tetap dianjurkan
walaupun di bulan Rojab. Berikut ini adalah riwayat-riwayat tentang
keutamaan puasa.
a. Hadits Yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori No.5472:
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ أَدَمَ لَهُ إِلاَّ الصِّيَامُ وَأَنَا أَجْزِيْ بِهِ
“Semua amal anak adam (pahalanya) untuknya kecuali puasa maka aku langsung yang membalasnya”
b. Hadits Yang diriwayatkan oleh Imam Muslim No.1942:
لَخُلُوْفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللهِ مِنْ رِيْحِ الْمِسْكِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Bau mulutnya orang yang berpuasa itu lebih wangi dari misik menurut Allah kelak di hari qiamat”
Yang dimaksud Allah akan membalasnya sendiri adalah pahala puasa tak
terbatas hitungan tidak seperti pahala ibadah sholat jama’ah dengan 27
derajat. Atau ibadah lain yang satu kebaikan dilipat gandakan menjadi
10 kebaikan.
c. Hadits yang diriwayatkan Imam Bukhori No.1063 dan Imam Muslim No.1969 :
إِنَّ أَحَبَّ الصِّيَامُِ إِلَى اللهِ صِيَامُ دَاوُدَ كَانَ يَصُوْمُ يَوْمًا وَ يُفْطِرُ يَوْمًا
“Sesungguhnya paling utamanya puasa adalah puasa saudaraku Nabi Daud, beliau sehari puasa dan sehari buka”
2. Dalil-dalil puasa Rojab secara khusus
a. Hadits yang diriwayatkan Imam Muslim
أَنَّ
عُثْمَانَ بْنَ حَكِيْمٍ اْلأَنْصَارِيِّ قَالَ: " سَأَلْتُ سَعِيْدَ بْنَ
جُبَيْرٍ عَنْ صَوْمِ رَجَبَ ؟ وَنَحْنُ يَوْمَئِذٍ فِيْ رَجَبَ فَقَالَ
سَمِعْتُ ابْنَ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا يَقُوْلُ كَانَ رَسُوْلُ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُوْمُ حَتَّى نَقُوْلَ لاَ
يُفْطِرُ، وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُوْلَ لاَ يَصُوْمُ"
“Sesungguhnya
Sayyidina Ustman Ibn Hakim Al-Anshori, berkata : “Aku bertanya kepada
Sa’id Ibn Jubair tentang puasa di bulan Rojab dan ketika itu kami memang
di bulan Rojab”, maka Sa’id menjawab: “Aku mendengar Ibnu ‘Abbas
berkata : “Nabi Muhammad SAW berpuasa (di bulan Rojab) hingga kami
katakan beliau tidak pernah berbuka di bulan Rojab, dan beliau juga
pernah berbuka di bulan Rojab, hingga kami katakan beliau tidak berpuasa
di bulan Rojab.”
Dari riwayat tersebut di atas bisa dipahami bahwa Nabi SAW pernah
berpuasa di bulan Rojab dengan utuh, dan Nabi pun pernah tidak berpuasa
dengan utuh.
Artinya di saat Nabi SAW meninggalkan puasa di bulan Rojab itu
menunjukan bahwa puasa di bulan Rojab bukanlah sesuatu yang wajib.
Begitulah yang dipahami para ulama tentang amalan Nabi SAW, jika Nabi
melakukan satu amalan kemudian Nabi meninggalkannya itu menunjukan
amalan itu bukan suatu yang wajib, dan hukum mengamalkannya adalah
sunnah.
b. Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Abu Daud dan Imam Ibnu Majah
عَنْ مُجِيْبَةَ الْبَاهِلِيَّةِ
عَنْ أَبِيْهَا أَوْ عَمِّهَا أَنَّهُ : أَتَى رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُُمَّ انْطَلَقَ فَأَتَاهُ بَعْدَ سَنَةٍ وَقَدْ
تَغَيَّرَتْ حَالَتُهُ وَهَيْئَتُهُ فَقَالَ يَا رَسُوْلَ اللهِ أَمَا
تَعْرِفُنِيْ. قَالَ وَمَنْ أَنْتَ قَالَ أَنَا الْبَاهِلِيِّ الَّذِيْ
جِئْتُكَ عَامَ اْلأَوَّلِ قَالَ فَمَا غَيَّرَكَ وَقَدْ كُنْتَ حَسَنَ
الْهَيْئَةِ قَالَ مَا أَكَلْتُ طَعَامًا إِلاَّ بِلَيْلٍ مُنْذُ
فَارَقْتُكَ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِمَ
عَذَّبْتَ نَفْسَكَ. ثُمَّ قَالَ صُمْ شَهْرَ الصَّبْرِ وَيَوْمًا مِنْ
كُلِّ شَهْرٍ قَالَ زِدْنِيْ فَإِنَّ بِيْ قُوَّةً قَالَ صُمْ يَوْمَيْنِ
قَالَ زِدْنِيْ قَالَ صُمْ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ قَالَ زِدْنِيْ قَالَ صُمْ
مِنْ الْحُرُمِ وَاتْرُكْ صُمْ مِنَ الْحُرُمِ وَاتْرُكْ صُمْ مِنَ
الْحُرُمِ وَاتْرُكْ وَقَالَ بِأَصَابِعِهِ الثَّلاَثَةِ فَضَمَّهَا ثُمَّ
أَرْسَلَهَا. رواه أبو داود 2/322
“Dari
Mujibah Al-Bahiliah dari ayahnya atau pamannya sesungguhnya ia (ayah
atau paman) datang kepada Rosulullah SAW kemudian berpisah dan kemudian
datang lagi kepada Rosulullah setelah setahun dalam keadaan tubuh yang
berubah (kurus), dia berkata : Yaa Rosulullah apakah engkau tidak
mengenalku? Rosulullah SAW menjawab : Siapa Engkau? Dia pun berkata :
Aku Al-Bahili yang pernah menemuimu setahun yang lalu. Rosulullah SAW
bertanya : Apa yang membuatmu berubah sedangkan dulu keadaanmu baik-baik
saja (segar-bugar), Ia menjawab : Aku tidak makan kecuali pada malam
hari (yakni berpuasa) semenjak berpisah denganmu, maka Rosulullah SAW
bersabda : Mengapa engkau menyiksa dirimu, berpuasalah di bulan sabar
dan sehari di setiap bulan, lalu ia berkata : Tambah lagi (yaa
Rosulullah) sesungguhnya aku masih kuat. Rosulullah SAW berkata :
Berpuasalah 2 hari (setiap bulan), dia pun berkata : Tambah lagi ya
Rosulullah. Rosulullah SAW berkata : berpuasalah 3 hari (setiap bulan),
ia pun berkata: Tambah lagi (Yaa Rosulullah), Rosulullah SAW bersabda :
Jika engkau menghendaki berpuasalah engkau di bulan-bulan haram (Rojab,
Dzul Qo’dah, Dzul Hijjah dan Muharrom) dan jika engkau menghendaki maka
tinggalkanlah, beliau mengatakan hal itu tiga kali sambil menggenggam 3
jarinya kemudian membukanya.
Imam nawawi menjelaskan hadits tersebut.
قَوْلُهُ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ" صُمْ مِنَ الْحُرُمِ وَاتْرُكْ" إنما
أمره بالترك ; لأنه كان يشق عليه إكثار الصوم كما ذكره في أول الحديث .
فأما من لم يشق عليه فصوم جميعها فضيلة . المجموع 6/439
“Sabda Rosulullah SAW :
صم من الحرم واترك
“Berpuasalah di bulan haram kemudian tinggalkanlah”
Sesungguhnya Nabi SAW memerintahkan berbuka kepada orang tersebut
karena dipandang puasa terus-menerus akan memberatkannya dan menjadikan
fisiknya berubah. Adapun bagi orang yang tidak merasa berat untuk
melakukan puasa, maka berpuasa dibulan Rojab seutuhnya adalah sebuah
keutamaan. Majmu’ Syarh Muhadzdzab juz 6 hal. 439
c. Hadits riwayat Usamah Bin Zaid
قال
قلت : يا رسول الله لم أرك تصوم شهرا من الشهور ما تصوم من شعبان قال ذلك
شهر غفل الناس عنه بين رجب ورمضان وهو شهر ترفع فيه الأعمال إلى رب
العالمين وأحب أن يرفع عملي وأنا صائم. رواه النسائي 4/201
“Aku
berkata kepada Rosulullah : Yaa Rosulullah aku tidak pernah melihatmu
berpuasa sebagaimana engkau berpuasa di bulan Sya’ban. Rosulullah SAW
menjawab : Bulan sya’ban itu adalah bulan yang dilalaikan di antara
bulan Rojab dan Ramadhan, dan bulan sya’ban adalah bulan diangkatnya
amal-amal kepada Allah SWT dan aku ingin amalku diangkat dalam keadaaan
aku berpuasa”. HR. Imam An-Nasa’I Juz 4 Hal. 201
Imam Syaukani menjelaskan
ظاهر قوله في حديث أسامة : إن
شعبان شهر يغفل عنه الناس بين رجب ورمضان أنه ستحب صوم رجب ; لأن الظاهر
أن المراد أنهم يغفلون عن تعظيم شعبان بالصوم كما يعظمون رمضان ورجبا به .
نيل الأوطار 4/291
Secara tersurat yang bisa dipahami dari hadits yang diriwayatkan oleh
Usamah, Rosulullah SAW bersabda : “Sesungguhnya Sya’ban adalah bulan
yang sering dilalaikan manusia di antara Rojab dan Ramadhan” ini
menunjukkan bahwa puasa Rojab adalah sunnah sebab bisa difahami dengan
jelas dari sabda Nabi SAW bahwa mereka lalai dari mengagungkan sya’ban
dengan berpuasa karena mereka sibuk mengagungkan ramadhan dan Rojab
dengan berpuasa”. Naylul Author juz 4 hal 291
C. KOMENTAR PARA ULAMA TENTANG PUASA ROJAB
Dalam menyikapi tentang puasa dibulan Rojab pendapat ulama terbagi
menjadi 2, akan tetapi 2 pendapat ini tidak sekeras yang kita temukan di
lapangan pada saat ini yaitu dengan membi’dahkan dan memfasiqkan para
pelaku puasa Rojab.
Jumhur Ulama dari Madzhab Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i
dan riwayat dari Imam Ahmad Bin Hanbal mereka mengatakan bahwasannya
disunnahkan puasa di bulan Rojab semuanya dan juga ada riwayat lain dari
Imam Ahmad Bin Hanbal bahwasannya makruh mengkhususkan melakukan puasa
sebulan penuh di bulan Rojab.
Akan tetapi di dalam Madzhab Imam Ahmad Bin Hanbal dijelaskan bahwasannya kemakruhan ini akan hilang dengan 4 hal :
1) Dibolong (berbuka) 1 hari di bulan Rojab, atau
2) Disambung dengan puasa di bulan sebelum Rojab, atau
3) Disambung dengan puasa di bulan setelah Rojab
4) Dengan puasa di hari apapun di selain bulan rojab.
Mungkin ada yang mendengar dari salah satu stasiun radio atau selebaran
yang dibagi-bagi yang mengatakan bahwasannya “Puasa Rojab adalah Bid’ah
Dholalah” dengan membawa Riwayat dari Nabi SAW yang melarang puasa
Rojab atau riwayat dari Sayyidina Umar Bin Khottob yang mengatakan “Kami
akan memukul orang yang melakukan puasa di bulan Rojab”. Padahal
riwayat tersebut adalah tidak benar dan palsu dan sungguh sangat aneh
orang yang membid’ahkan puasa bulan Rojab dengan tuduhan riwayat puasa
Rojab adalah hadits-haditsnya palsu akan tetapi mereka sendiri tidak
sadar bahwa justru riwayat yang melarang puasa bulan Rojab adalah palsu.
Secara singkat para ulama empat madzhab tidak ada yang mengatakan puasa
bulan rojab adalah bid’ah. Bahkan mereka sepakat kalau puasa bulan
rojab adalah sunnah termasuk dalam madzhab Imam Ahmad bin Hambal.
Berikut ini uraian ulama empat tentang puasa rojab :
1. Pendapat Ulama’ Madzhab Hanafi
• Disebutkan dalam Fatawa Al-Hindiyah Juz 1 Hal. 202 :
المرغوبات من الصيام أنواع ( أولها صوم المحرم والثاني صوم رجب والثالث صوم شعبان وصوم عاشوراء ). اهـ
“Puasa yang disunnakahkan itu bermacam-macam :
Puasa Muharrom, Puasa Rojab, Puasa Sya’ban, Puasa ‘Asyuro’ (tgl. 10 Muharrom)”
2. Pendapat dari Ulama’ Madzhab Maliki
• Disebutkan dalam Syarh Al-Khorsyi ‘Ala Kholil Juz 2 Hal. 241:
أنه يستحب صوم شهر المحرم وهو أول الشهور الحرم , ورجب وهو الشهر الفرد عن الأشهر الحرم ). اهـ
“Sesungguhnya disunnahkan puasa di bulan Muharrom dan puasa di bulan Rojab.”
• Disebutkan dalam Hasyiah dari Syarh Al-Khorsyi ‘Ala Kholil :
بل يندب صوم بقية الحرم الأربعة وأفضلها المحرم فرجب فذو القعدة فالحجة ). اهـ
“Disunnahkan
puasa di bulan-bulan haram yang 4, paling utamanya adalah puasa di
bulan Muharrom kemudian Rojab, Duzl Qo’dah dan Dzul Hijjah”.
• Disebutkan dalam Muqoddimah Ibnu Abi Zaid serta syarah Lil Fawaakih Al-Dawani juz 2 hal. 272 :
التنفل بالصوم مرغب فيه وكذلك , صوم يوم عاشوراء ورجب وشعبان ويوم عرفة والتروية وصوم يوم عرفة لغير الحاج أفضل منه للحاج. اهـ
“Melakukan puasa disunnahkan begitu juga puasa dihari ‘Asyuro’, bulan
Rojab, bulan Sya’ban, Hari ‘Arafah dan Tarwiyah sedangkan puasa di hari
‘Arafah itu lebih utama bagi orang yang tidak haji”.
• Disebutkan dalam Syarh Ad-Dardir, syarah Muhtashor Kholil juz 1 hal. 513 :
وندب صوم المحرم ورجب وشعبان وكذا بقية الحرم الأربعة وأفضلها المحرم فرجب فذوالقعدة والحجة). اهـ
“Dan
disunnahkan puasa Muharrom, Rojab, Sya’ban begitu juga bulan-bulan
haram lainnya yang 4 dan paling utamanya adalah puasa Muharrom kemudian
Rojab, Duzl Qo’dah dan Dzul Hijjah”.
• Disebutkan dalam At-Taj Wa Al-Iklil juz 3 hal. 220 :
والمحرم ورجب وشعبان لو قال
والمحرم وشعبان لوافق المنصوص . نقل ابن يونس : خص الله الأشهر الحرم
وفضّلها وهي : المحرم ورجب وذو القعدة وذو الحجة . اهـ
“Dan
disunnahkan Puasa Muharrom, Rojab dan Sya’ban, andaikan beliau berkata
“Puasa Muharrom dan Sya’ban disunnahkan maka akan mencocoki Nashnya”.
Dinukil dari Ibnu Yunus bahwasannya “Allah SWT mengkhususkan bulan-bulan
haram dan mengutamakannya yaitu : Muharrom dan Rojab, Dzul Qo’dah dan
Dzul Hijjah.”
3. Pendapat dari Ulama’ Madzhab Syafi’i
• Imam An-Nawawi menyebutkan dalam Al-Majmu’ (Majmu’ Syarh Al-Muhadzdzab) juz 6 hal. 439 :
قال أصحابنا : ومن الصوم المستحب صوم الأشهر الحرم , وهي ذوالقعدة وذوالحجة والمحرم ورجب , وأفضلها المحرم. اهـ
“Berkata
Ulama’ kami : Dan dari puasa yang disunnahkan adalah puasa bulan-bulan
haram yaitu Dzul Qo’dah, Dzul Hijjah, Muharrom dan Rojab sedangkan yang
paling utama adalah Muharrom”.
• Syaikhul Islam Zakariya Al-Anshori menyebutkan dalam Asna Al-Mathollib juz 1 hal. 433 :
)وأفضل الأشهر للصوم( بعد رمضان
الأشهر) الحرم ( ذو القعدة وذو الحجة والمحرم ورجب )وأفضلها المحرم( لخبر
مسلم * أفضل الصوم بعد رمضان شهر الله المحرم ( ثم اقيها) وظاهره استواء
البقية والظاهر تقديم رجب خروجا من خلاف من فضله على الأشهر الحرم ). اهـ
“Paling
utamanya bulan-bulan untuk puasa setelah Ramadhan adalah puasa di
bulan-bulan Haram yaitu Dzul Qo’dah, Dzul Hijjah, Muharrom dan Rojab
sedangkan paling Utamanya adalah Muharrom berdasarkan riwayat dari Imam
Muslim “Paling utamanya puasa setelah Ramadhan adalah bulan Allah
Muharrom kemudian bulan haram yang lainnya. Secara dhohir keutamaan
diantara bulan haram yang lainnya itu sama (selain Muharrom). Dan secara
dhohir mendahulukan keutamaan Rojab agar keluar dari Khilafnya ulama
yang mengunggulkannya melebihi bulan-bulan Haram”
• Imam Ibnu Hajar menyebutkan dalam Fatawa-nya juz 2 hal. 53 :
...
وأما استمرار هذا الفقيه على نهي الناس عن صوم رجب فهو جهل منه وجزاف على
هذه لشريعة المطهرة فإن لم يرجع عن ذلك وإلا وجب على حكام الشريعة المطهرة
زجره وتعزيره التعزير البليغ المانع له ولأمثاله من المجازفة في دين الله
تعالى
ويوافقه إفتاء العز بن عبد السلام إنه سئل عما نقل عن بعض المحدثين من
منع صوم رجب وتعظيم حرمته وهل يصح نذر صوم جميعه فقال في جوابه : نذر صومه
صحيح لازم يتقرب إلى الله تعالى بمثله والذي نهى عن صومه جاهل بمأخذ أحكام
الشرع وكيف يكون منهيا عنه مع أن العلماء الذين دونوا الشريعة لم يذكر أحد
منهم اندراجه فيما يكره صومه بل يكون صومه قربة إلى الله تعالى. اهـ
“Orang
yang melarang puasa Rojab maka itu adalah kebodohan dan ketidak tahuan
terhadap hukum syariat. Apabila ia tidak menarik ucapannya itu maka
wajib bagi hakim atau penegak hukum untuk menghukumnya dengan hukuman
yang keras yang dapat mencegahnya dan mencegah orang semisalnya yang
merusak agama Allah SWT.
Sependapat dengan ini ‘Izzuddin Abdusssalam, sesungguhnya beliau
ditanya dari apa yang dinukil dari sebagian Ahli Hadits tentang larangan
puasa Rojab dan pengharamannya, dan apakah sah orang yang bernadzar
puasa Rojab sebulan penuh maka beliau menjawab “Nadzar puasa Rojab itu
sah dan bisa mendekatkan diri kepada Allah SWT. Adapun larangan puasa
Rojab itu adalah pendapat orang yang bodoh akan pengambilan hukum-hukum
syariat. Bagaimana bisa dilarang sedangkan para Ulama’ yang dekat dengan
syariat tidak ada yang menyebutkan tentang dimakruhkannya puasa Rojab
bahkan dikatakan puasa Rojab adalah mendekatkan diri kepada Allah SWT
(sunnah)".
• Disebutkan dalam Mughni Al-Muhtaj juz 2 hal. 187 :
أفضل الشهور للصوم بعد رمضان
الأشهر الحرم , وأفضلها المحرم لخبر مسلم* أفضل الصوم بعد رمضان شهر الله
المحرم ثم رجب , خروجا من خلاف من فضله على الأشهر الحرم ثم باقيها ثم
شعبان ). اهـ
“Paling
utamanya bulan-bulan untuk melakukan puasa setelah Ramadhan adalan
bulan-bulan haram, sedangkan paling utamanya adalah Muharrom berdasarkan
Hadits riwayat Imam Muslim “Paling utamanya puasa setelah Ramadhan
adalah puasa di bulan Allah Muharrom” kemudian Rojab agar keluar dari
Khilaf tentang keutamaan Rojab terhadap bulan-bulan haram lainnya
kemudian Sya’ban”.
• Disebutkan dalam Nihayah Al-Muhtaj juz 3 hal. 211 :
)اعلم
أن أفضل الشهور للصوم بعد رمضان الأشهر الحرم وأفضلها المحرم ثم رجب
خروجا من خلاف من فضله على الأشهر الحرم ثم باقيها وظاهره الاستواء ثم
شعبان (. اهـ
“Ketahuilah
sesungguhnya paling utamanya bulan-bulan untuk melakukan puasa setelah
Ramadhan adalah puasa bulan-bulan Haram. Sedangkan paling utamanya
adalah Muharrom kemudian Rojab agar keluar dari Khilaf tentang
keutamaannya atas bulan-bulan Haram yang lainnya, yang jelas
keutamaannya sama dengan bulan-bulan haram yang lainnya kemudian
Sya’ban”.
4. Pendapat dari Ulama’ Madzhab Hanbali
• Ibnu Qudamah menyebutkan dalam Al-Mughni juz 3 hal. 53 :
فصل : ويكره إفراد رجب بالصوم .
قال أحمد : وإن صامه رجل , أفطر فيه يوما أو أياما , بقدر ما لا يصومه كله
... قال أحمد : من كان يصوم السنة صامه , وإلا فلا يصومه متواليا , يفطر
فيه ولا يشبهه برمضان ). اهـ
“Fasal
: Dan dimakruhkan mengkhususkan Rojab dengan puasa, Imam Ahmad berkata
“Apabila seseorang berpuasa bulan Rojab maka berbukalah sehari atau
beberapa hari sekiranya ia tidak puasa sebulan penuh, Imam Ahmad berkata
“Barangsiapa terbiasa puasa setahun maka boleh berpuasa sebulan penuh
kalau tidak biasa puasa setahun janganlah berpuasa terus-menerus dan
jika ingin puasa rojab sebulan penuh hendaknya ia berbuka di bulan Rojab
(biarpun sehari) agar tidak menyerupai Ramadhan”.
Dari keterangan tersebut sangat jelas bahwa Imam Ahmad tidak membidahkan puasa rojab.
• Disebutkan dalam Al-Furu’ Karya Ibn Muflih juz 3 hal. 118 :
فصل : يكره إفراد رجب بالصوم نقل
حنبل : يكره , ورواه عن عمر وابنه وأبي بكرة , قال أحمد : يروى فيه عن عمر
أنه كان يضرب على صومه , وابن عباس قال : يصومه إلا يوما أو أياما. وتزول
الكراهة بالفطر أو بصوم شهر آخر من السنة . اهـ
“Fasal
: Dimakruhkan mengkhususkan Rojab dengan berpuasa berdasarkan apa yang
dinukil dari Imam Ahmad Bin Hanbal dan diriwayatkan oleh Umar dan
puteranya dan Abi bakrah. Imam Ahmad berkata “Diriwayatkan dari
Sayyidina Umar Ra sesungguhnya beliau memukul orang yang berpuasa Rojab,
dan berkata Ibnu Abbas “Hendaknya berpuasa Rojab dengan berbuka sehari
atau beberapa hari”. Dan kemakruhan puasa bulan rojab akan hilang dengan
berbuka (walaupun sehari) atau dengan berpuasa di bulan lain selain
bulan rojab.
D. KESIMPULAN
Dari penjelasan dari ulama empat madzhab sangat jelas bahwa puasa bulan
rojab adalah sunnah hanya menurut madzhab Imam Ahmad saja yang makruh.
Dan ternyata kemakruhan puasa Rojab menurut madzhab Imam Hanbali itu pun
jika dilakukan sebulan penuh .adapaun kalau berbuka satu hari saja atau
di sambung dengan sehari sebelumnya atau sesudahnya. Atau dengan
melakukan puasa di dselain bulan rojab maka kemakruhannya akan hilang .
Dan mereka tidak mengatakan puasa rojab bid'ah sebagaimana yang marak
akhir-akhir ini disuarakan oleh kelompok orang dengan menyebar
selebaran, siaran radio atau internet.
Wallohu a'lam bishshowab
Posted by Unknown
KONTROVERSI HUKUM PUASA ROJAB : SUNNAH/ BID’AH?
Oleh : Buya Yahya
Ada
2 hal yang harus diperhatikan dalam membahas masalah puasa Rojab.
Pertama : Tidak ada riwayat yang benar dari Rosulullah SAW yang
melarang puasa Rojab. Kedua : Banyak riwayat-riwayat tentang keutamaan
puasa Rojab yang tidak benar dan palsu.
Dan di dalam masyarakat kita terdapat 2 kutub ekstrim. Pertama adalah
sekelompok kecil kaum muslimin yang menyuarakan dengan lantang bahwa
puasa bulan Rojab adalah bid’ah. Kedua : Sekelompok orang yang biasa
melakukan atau menyeru puasa Rojab akan tetapi tidak menyadari telah
membawa riwayat-riwayat tidak benar dan palsu. Maka dalam risalah kecil
ini kami ingin mencoba menghadirkan riwayat yang benar sekaligus
pemahaman para ulama 4 madzhab tentang puasa di bulan Rojab
Sebenarnya masalah puasa rojab sudah dibahas tuntas oleh ulama-ulama
terdahulu dengan jelas dan gamblang. Akan tetapi karena adanya kelompok
kecil hamba-hamba Alloh yang biasa MENUDUH BID’AH ORANG LAIN
menyuarakan dengan lantang bahwa amalan puasa di bulan Rojab adalah
sesuatu yang bid’ah.
Dengan Risalah kecil ini mari kita lihat hujjah para ulama tentang
puasa bulan Rojab dan mari kita juga lihat perbedaan para ulama di dalam
menyikapi hukum puasa di bulan Rajab. Yang jelas bulan Rojab adalah
termasuk bulan Haram yang 4 (Dzul Qo’dah, Dzul Hijjah, Muharrom dan
Rojab) dan bulan haram ini dimuliakan oleh Allah SWT sehingga tidak
diperkenankan untuk berperang di dalamnya dan masih banyak keutamaan di
dalam bulan-bulan haram tersebut khususnya bulan Rojab. Dan di sini kami
hanya akan membahas masalah puasa Rojab, untuk masalah yang lainnya
seperti hukum merayakan Isro’ Mi’roj dan sholat malam di bulan rojab
akan kami hadirkan pada risalah yang berbeda.
Tidak kami pungkiri adanya hadits-hadits dho’if atau palsu (Maudhu’)
yang sering dikemukakan oleh sebagian pendukung puasa Rojab. Maka dari
itu wajib untuk kami menjelaskan agar jangan sampai ada yang membawa
hadits-hadits palsu biarpun untuk kebaikan seperti memacu orang untuk
beribadah hukumnya adalah HARAM dan DOSA BESAR sebagaimana ancaman
Rosulullah SAW dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Imam
Muslim :
مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّءْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ
Artinya : “Barang siapa sengaja berbohong atas namaku maka hendaknya mempersiapkan diri untuk menempati neraka”.
Dan perlu diketahui bahwa dengan banyaknya hadits-hadits palsu tentang
keutamaan puasa Rojab itu bukan berarti tidak ada hadits yang benar
yang membicarakan tentang keutamaannya bulan Rojab.
B. Dalil-dalil tentang puasa Rojab :
1. Dalil tentang puasa Rojab Secara umum
Himbauan secara umum untuk memperbanyak puasa kecuali di hari-hari yang
diharamkan yang 5 dan bulan Rojab adalah bukan termasuk hari-hari yang
diharamkan. Dan juga anjuran-anjuran memperbanyak di hari-hari seperti
puasa hari senin, puasa hari kamis, puasa hari-hari putih, puasa Daud
dan lain-lain yang itu semua bisa dilakukan dan tetap dianjurkan
walaupun di bulan Rojab. Berikut ini adalah riwayat-riwayat tentang
keutamaan puasa.
a. Hadits Yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori No.5472:
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ أَدَمَ لَهُ إِلاَّ الصِّيَامُ وَأَنَا أَجْزِيْ بِهِ
“Semua amal anak adam (pahalanya) untuknya kecuali puasa maka aku langsung yang membalasnya”
b. Hadits Yang diriwayatkan oleh Imam Muslim No.1942:
لَخُلُوْفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللهِ مِنْ رِيْحِ الْمِسْكِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Bau mulutnya orang yang berpuasa itu lebih wangi dari misik menurut Allah kelak di hari qiamat”
Yang dimaksud Allah akan membalasnya sendiri adalah pahala puasa tak
terbatas hitungan tidak seperti pahala ibadah sholat jama’ah dengan 27
derajat. Atau ibadah lain yang satu kebaikan dilipat gandakan menjadi
10 kebaikan.
c. Hadits yang diriwayatkan Imam Bukhori No.1063 dan Imam Muslim No.1969 :
إِنَّ أَحَبَّ الصِّيَامُِ إِلَى اللهِ صِيَامُ دَاوُدَ كَانَ يَصُوْمُ يَوْمًا وَ يُفْطِرُ يَوْمًا
“Sesungguhnya paling utamanya puasa adalah puasa saudaraku Nabi Daud, beliau sehari puasa dan sehari buka”
2. Dalil-dalil puasa Rojab secara khusus
a. Hadits yang diriwayatkan Imam Muslim
أَنَّ
عُثْمَانَ بْنَ حَكِيْمٍ اْلأَنْصَارِيِّ قَالَ: " سَأَلْتُ سَعِيْدَ بْنَ
جُبَيْرٍ عَنْ صَوْمِ رَجَبَ ؟ وَنَحْنُ يَوْمَئِذٍ فِيْ رَجَبَ فَقَالَ
سَمِعْتُ ابْنَ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا يَقُوْلُ كَانَ رَسُوْلُ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُوْمُ حَتَّى نَقُوْلَ لاَ
يُفْطِرُ، وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُوْلَ لاَ يَصُوْمُ"
“Sesungguhnya
Sayyidina Ustman Ibn Hakim Al-Anshori, berkata : “Aku bertanya kepada
Sa’id Ibn Jubair tentang puasa di bulan Rojab dan ketika itu kami memang
di bulan Rojab”, maka Sa’id menjawab: “Aku mendengar Ibnu ‘Abbas
berkata : “Nabi Muhammad SAW berpuasa (di bulan Rojab) hingga kami
katakan beliau tidak pernah berbuka di bulan Rojab, dan beliau juga
pernah berbuka di bulan Rojab, hingga kami katakan beliau tidak berpuasa
di bulan Rojab.”
Dari riwayat tersebut di atas bisa dipahami bahwa Nabi SAW pernah
berpuasa di bulan Rojab dengan utuh, dan Nabi pun pernah tidak berpuasa
dengan utuh.
Artinya di saat Nabi SAW meninggalkan puasa di bulan Rojab itu
menunjukan bahwa puasa di bulan Rojab bukanlah sesuatu yang wajib.
Begitulah yang dipahami para ulama tentang amalan Nabi SAW, jika Nabi
melakukan satu amalan kemudian Nabi meninggalkannya itu menunjukan
amalan itu bukan suatu yang wajib, dan hukum mengamalkannya adalah
sunnah.
b. Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Abu Daud dan Imam Ibnu Majah
عَنْ مُجِيْبَةَ الْبَاهِلِيَّةِ
عَنْ أَبِيْهَا أَوْ عَمِّهَا أَنَّهُ : أَتَى رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُُمَّ انْطَلَقَ فَأَتَاهُ بَعْدَ سَنَةٍ وَقَدْ
تَغَيَّرَتْ حَالَتُهُ وَهَيْئَتُهُ فَقَالَ يَا رَسُوْلَ اللهِ أَمَا
تَعْرِفُنِيْ. قَالَ وَمَنْ أَنْتَ قَالَ أَنَا الْبَاهِلِيِّ الَّذِيْ
جِئْتُكَ عَامَ اْلأَوَّلِ قَالَ فَمَا غَيَّرَكَ وَقَدْ كُنْتَ حَسَنَ
الْهَيْئَةِ قَالَ مَا أَكَلْتُ طَعَامًا إِلاَّ بِلَيْلٍ مُنْذُ
فَارَقْتُكَ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِمَ
عَذَّبْتَ نَفْسَكَ. ثُمَّ قَالَ صُمْ شَهْرَ الصَّبْرِ وَيَوْمًا مِنْ
كُلِّ شَهْرٍ قَالَ زِدْنِيْ فَإِنَّ بِيْ قُوَّةً قَالَ صُمْ يَوْمَيْنِ
قَالَ زِدْنِيْ قَالَ صُمْ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ قَالَ زِدْنِيْ قَالَ صُمْ
مِنْ الْحُرُمِ وَاتْرُكْ صُمْ مِنَ الْحُرُمِ وَاتْرُكْ صُمْ مِنَ
الْحُرُمِ وَاتْرُكْ وَقَالَ بِأَصَابِعِهِ الثَّلاَثَةِ فَضَمَّهَا ثُمَّ
أَرْسَلَهَا. رواه أبو داود 2/322
“Dari
Mujibah Al-Bahiliah dari ayahnya atau pamannya sesungguhnya ia (ayah
atau paman) datang kepada Rosulullah SAW kemudian berpisah dan kemudian
datang lagi kepada Rosulullah setelah setahun dalam keadaan tubuh yang
berubah (kurus), dia berkata : Yaa Rosulullah apakah engkau tidak
mengenalku? Rosulullah SAW menjawab : Siapa Engkau? Dia pun berkata :
Aku Al-Bahili yang pernah menemuimu setahun yang lalu. Rosulullah SAW
bertanya : Apa yang membuatmu berubah sedangkan dulu keadaanmu baik-baik
saja (segar-bugar), Ia menjawab : Aku tidak makan kecuali pada malam
hari (yakni berpuasa) semenjak berpisah denganmu, maka Rosulullah SAW
bersabda : Mengapa engkau menyiksa dirimu, berpuasalah di bulan sabar
dan sehari di setiap bulan, lalu ia berkata : Tambah lagi (yaa
Rosulullah) sesungguhnya aku masih kuat. Rosulullah SAW berkata :
Berpuasalah 2 hari (setiap bulan), dia pun berkata : Tambah lagi ya
Rosulullah. Rosulullah SAW berkata : berpuasalah 3 hari (setiap bulan),
ia pun berkata: Tambah lagi (Yaa Rosulullah), Rosulullah SAW bersabda :
Jika engkau menghendaki berpuasalah engkau di bulan-bulan haram (Rojab,
Dzul Qo’dah, Dzul Hijjah dan Muharrom) dan jika engkau menghendaki maka
tinggalkanlah, beliau mengatakan hal itu tiga kali sambil menggenggam 3
jarinya kemudian membukanya.
Imam nawawi menjelaskan hadits tersebut.
قَوْلُهُ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ" صُمْ مِنَ الْحُرُمِ وَاتْرُكْ" إنما
أمره بالترك ; لأنه كان يشق عليه إكثار الصوم كما ذكره في أول الحديث .
فأما من لم يشق عليه فصوم جميعها فضيلة . المجموع 6/439
“Sabda Rosulullah SAW :
صم من الحرم واترك
“Berpuasalah di bulan haram kemudian tinggalkanlah”
Sesungguhnya Nabi SAW memerintahkan berbuka kepada orang tersebut
karena dipandang puasa terus-menerus akan memberatkannya dan menjadikan
fisiknya berubah. Adapun bagi orang yang tidak merasa berat untuk
melakukan puasa, maka berpuasa dibulan Rojab seutuhnya adalah sebuah
keutamaan. Majmu’ Syarh Muhadzdzab juz 6 hal. 439
c. Hadits riwayat Usamah Bin Zaid
قال
قلت : يا رسول الله لم أرك تصوم شهرا من الشهور ما تصوم من شعبان قال ذلك
شهر غفل الناس عنه بين رجب ورمضان وهو شهر ترفع فيه الأعمال إلى رب
العالمين وأحب أن يرفع عملي وأنا صائم. رواه النسائي 4/201
“Aku
berkata kepada Rosulullah : Yaa Rosulullah aku tidak pernah melihatmu
berpuasa sebagaimana engkau berpuasa di bulan Sya’ban. Rosulullah SAW
menjawab : Bulan sya’ban itu adalah bulan yang dilalaikan di antara
bulan Rojab dan Ramadhan, dan bulan sya’ban adalah bulan diangkatnya
amal-amal kepada Allah SWT dan aku ingin amalku diangkat dalam keadaaan
aku berpuasa”. HR. Imam An-Nasa’I Juz 4 Hal. 201
Imam Syaukani menjelaskan
ظاهر قوله في حديث أسامة : إن
شعبان شهر يغفل عنه الناس بين رجب ورمضان أنه ستحب صوم رجب ; لأن الظاهر
أن المراد أنهم يغفلون عن تعظيم شعبان بالصوم كما يعظمون رمضان ورجبا به .
نيل الأوطار 4/291
Secara tersurat yang bisa dipahami dari hadits yang diriwayatkan oleh
Usamah, Rosulullah SAW bersabda : “Sesungguhnya Sya’ban adalah bulan
yang sering dilalaikan manusia di antara Rojab dan Ramadhan” ini
menunjukkan bahwa puasa Rojab adalah sunnah sebab bisa difahami dengan
jelas dari sabda Nabi SAW bahwa mereka lalai dari mengagungkan sya’ban
dengan berpuasa karena mereka sibuk mengagungkan ramadhan dan Rojab
dengan berpuasa”. Naylul Author juz 4 hal 291
C. KOMENTAR PARA ULAMA TENTANG PUASA ROJAB
Dalam menyikapi tentang puasa dibulan Rojab pendapat ulama terbagi
menjadi 2, akan tetapi 2 pendapat ini tidak sekeras yang kita temukan di
lapangan pada saat ini yaitu dengan membi’dahkan dan memfasiqkan para
pelaku puasa Rojab.
Jumhur Ulama dari Madzhab Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i
dan riwayat dari Imam Ahmad Bin Hanbal mereka mengatakan bahwasannya
disunnahkan puasa di bulan Rojab semuanya dan juga ada riwayat lain dari
Imam Ahmad Bin Hanbal bahwasannya makruh mengkhususkan melakukan puasa
sebulan penuh di bulan Rojab.
Akan tetapi di dalam Madzhab Imam Ahmad Bin Hanbal dijelaskan bahwasannya kemakruhan ini akan hilang dengan 4 hal :
1) Dibolong (berbuka) 1 hari di bulan Rojab, atau
2) Disambung dengan puasa di bulan sebelum Rojab, atau
3) Disambung dengan puasa di bulan setelah Rojab
4) Dengan puasa di hari apapun di selain bulan rojab.
Mungkin ada yang mendengar dari salah satu stasiun radio atau selebaran
yang dibagi-bagi yang mengatakan bahwasannya “Puasa Rojab adalah Bid’ah
Dholalah” dengan membawa Riwayat dari Nabi SAW yang melarang puasa
Rojab atau riwayat dari Sayyidina Umar Bin Khottob yang mengatakan “Kami
akan memukul orang yang melakukan puasa di bulan Rojab”. Padahal
riwayat tersebut adalah tidak benar dan palsu dan sungguh sangat aneh
orang yang membid’ahkan puasa bulan Rojab dengan tuduhan riwayat puasa
Rojab adalah hadits-haditsnya palsu akan tetapi mereka sendiri tidak
sadar bahwa justru riwayat yang melarang puasa bulan Rojab adalah palsu.
Secara singkat para ulama empat madzhab tidak ada yang mengatakan puasa
bulan rojab adalah bid’ah. Bahkan mereka sepakat kalau puasa bulan
rojab adalah sunnah termasuk dalam madzhab Imam Ahmad bin Hambal.
Berikut ini uraian ulama empat tentang puasa rojab :
1. Pendapat Ulama’ Madzhab Hanafi
• Disebutkan dalam Fatawa Al-Hindiyah Juz 1 Hal. 202 :
المرغوبات من الصيام أنواع ( أولها صوم المحرم والثاني صوم رجب والثالث صوم شعبان وصوم عاشوراء ). اهـ
“Puasa yang disunnakahkan itu bermacam-macam :
Puasa Muharrom, Puasa Rojab, Puasa Sya’ban, Puasa ‘Asyuro’ (tgl. 10 Muharrom)”
2. Pendapat dari Ulama’ Madzhab Maliki
• Disebutkan dalam Syarh Al-Khorsyi ‘Ala Kholil Juz 2 Hal. 241:
أنه يستحب صوم شهر المحرم وهو أول الشهور الحرم , ورجب وهو الشهر الفرد عن الأشهر الحرم ). اهـ
“Sesungguhnya disunnahkan puasa di bulan Muharrom dan puasa di bulan Rojab.”
• Disebutkan dalam Hasyiah dari Syarh Al-Khorsyi ‘Ala Kholil :
بل يندب صوم بقية الحرم الأربعة وأفضلها المحرم فرجب فذو القعدة فالحجة ). اهـ
“Disunnahkan
puasa di bulan-bulan haram yang 4, paling utamanya adalah puasa di
bulan Muharrom kemudian Rojab, Duzl Qo’dah dan Dzul Hijjah”.
• Disebutkan dalam Muqoddimah Ibnu Abi Zaid serta syarah Lil Fawaakih Al-Dawani juz 2 hal. 272 :
التنفل بالصوم مرغب فيه وكذلك , صوم يوم عاشوراء ورجب وشعبان ويوم عرفة والتروية وصوم يوم عرفة لغير الحاج أفضل منه للحاج. اهـ
“Melakukan puasa disunnahkan begitu juga puasa dihari ‘Asyuro’, bulan
Rojab, bulan Sya’ban, Hari ‘Arafah dan Tarwiyah sedangkan puasa di hari
‘Arafah itu lebih utama bagi orang yang tidak haji”.
• Disebutkan dalam Syarh Ad-Dardir, syarah Muhtashor Kholil juz 1 hal. 513 :
وندب صوم المحرم ورجب وشعبان وكذا بقية الحرم الأربعة وأفضلها المحرم فرجب فذوالقعدة والحجة). اهـ
“Dan
disunnahkan puasa Muharrom, Rojab, Sya’ban begitu juga bulan-bulan
haram lainnya yang 4 dan paling utamanya adalah puasa Muharrom kemudian
Rojab, Duzl Qo’dah dan Dzul Hijjah”.
• Disebutkan dalam At-Taj Wa Al-Iklil juz 3 hal. 220 :
والمحرم ورجب وشعبان لو قال
والمحرم وشعبان لوافق المنصوص . نقل ابن يونس : خص الله الأشهر الحرم
وفضّلها وهي : المحرم ورجب وذو القعدة وذو الحجة . اهـ
“Dan
disunnahkan Puasa Muharrom, Rojab dan Sya’ban, andaikan beliau berkata
“Puasa Muharrom dan Sya’ban disunnahkan maka akan mencocoki Nashnya”.
Dinukil dari Ibnu Yunus bahwasannya “Allah SWT mengkhususkan bulan-bulan
haram dan mengutamakannya yaitu : Muharrom dan Rojab, Dzul Qo’dah dan
Dzul Hijjah.”
3. Pendapat dari Ulama’ Madzhab Syafi’i
• Imam An-Nawawi menyebutkan dalam Al-Majmu’ (Majmu’ Syarh Al-Muhadzdzab) juz 6 hal. 439 :
قال أصحابنا : ومن الصوم المستحب صوم الأشهر الحرم , وهي ذوالقعدة وذوالحجة والمحرم ورجب , وأفضلها المحرم. اهـ
“Berkata
Ulama’ kami : Dan dari puasa yang disunnahkan adalah puasa bulan-bulan
haram yaitu Dzul Qo’dah, Dzul Hijjah, Muharrom dan Rojab sedangkan yang
paling utama adalah Muharrom”.
• Syaikhul Islam Zakariya Al-Anshori menyebutkan dalam Asna Al-Mathollib juz 1 hal. 433 :
)وأفضل الأشهر للصوم( بعد رمضان
الأشهر) الحرم ( ذو القعدة وذو الحجة والمحرم ورجب )وأفضلها المحرم( لخبر
مسلم * أفضل الصوم بعد رمضان شهر الله المحرم ( ثم اقيها) وظاهره استواء
البقية والظاهر تقديم رجب خروجا من خلاف من فضله على الأشهر الحرم ). اهـ
“Paling
utamanya bulan-bulan untuk puasa setelah Ramadhan adalah puasa di
bulan-bulan Haram yaitu Dzul Qo’dah, Dzul Hijjah, Muharrom dan Rojab
sedangkan paling Utamanya adalah Muharrom berdasarkan riwayat dari Imam
Muslim “Paling utamanya puasa setelah Ramadhan adalah bulan Allah
Muharrom kemudian bulan haram yang lainnya. Secara dhohir keutamaan
diantara bulan haram yang lainnya itu sama (selain Muharrom). Dan secara
dhohir mendahulukan keutamaan Rojab agar keluar dari Khilafnya ulama
yang mengunggulkannya melebihi bulan-bulan Haram”
• Imam Ibnu Hajar menyebutkan dalam Fatawa-nya juz 2 hal. 53 :
...
وأما استمرار هذا الفقيه على نهي الناس عن صوم رجب فهو جهل منه وجزاف على
هذه لشريعة المطهرة فإن لم يرجع عن ذلك وإلا وجب على حكام الشريعة المطهرة
زجره وتعزيره التعزير البليغ المانع له ولأمثاله من المجازفة في دين الله
تعالى
ويوافقه إفتاء العز بن عبد السلام إنه سئل عما نقل عن بعض المحدثين من
منع صوم رجب وتعظيم حرمته وهل يصح نذر صوم جميعه فقال في جوابه : نذر صومه
صحيح لازم يتقرب إلى الله تعالى بمثله والذي نهى عن صومه جاهل بمأخذ أحكام
الشرع وكيف يكون منهيا عنه مع أن العلماء الذين دونوا الشريعة لم يذكر أحد
منهم اندراجه فيما يكره صومه بل يكون صومه قربة إلى الله تعالى. اهـ
“Orang
yang melarang puasa Rojab maka itu adalah kebodohan dan ketidak tahuan
terhadap hukum syariat. Apabila ia tidak menarik ucapannya itu maka
wajib bagi hakim atau penegak hukum untuk menghukumnya dengan hukuman
yang keras yang dapat mencegahnya dan mencegah orang semisalnya yang
merusak agama Allah SWT.
Sependapat dengan ini ‘Izzuddin Abdusssalam, sesungguhnya beliau
ditanya dari apa yang dinukil dari sebagian Ahli Hadits tentang larangan
puasa Rojab dan pengharamannya, dan apakah sah orang yang bernadzar
puasa Rojab sebulan penuh maka beliau menjawab “Nadzar puasa Rojab itu
sah dan bisa mendekatkan diri kepada Allah SWT. Adapun larangan puasa
Rojab itu adalah pendapat orang yang bodoh akan pengambilan hukum-hukum
syariat. Bagaimana bisa dilarang sedangkan para Ulama’ yang dekat dengan
syariat tidak ada yang menyebutkan tentang dimakruhkannya puasa Rojab
bahkan dikatakan puasa Rojab adalah mendekatkan diri kepada Allah SWT
(sunnah)".
• Disebutkan dalam Mughni Al-Muhtaj juz 2 hal. 187 :
أفضل الشهور للصوم بعد رمضان
الأشهر الحرم , وأفضلها المحرم لخبر مسلم* أفضل الصوم بعد رمضان شهر الله
المحرم ثم رجب , خروجا من خلاف من فضله على الأشهر الحرم ثم باقيها ثم
شعبان ). اهـ
“Paling
utamanya bulan-bulan untuk melakukan puasa setelah Ramadhan adalan
bulan-bulan haram, sedangkan paling utamanya adalah Muharrom berdasarkan
Hadits riwayat Imam Muslim “Paling utamanya puasa setelah Ramadhan
adalah puasa di bulan Allah Muharrom” kemudian Rojab agar keluar dari
Khilaf tentang keutamaan Rojab terhadap bulan-bulan haram lainnya
kemudian Sya’ban”.
• Disebutkan dalam Nihayah Al-Muhtaj juz 3 hal. 211 :
)اعلم
أن أفضل الشهور للصوم بعد رمضان الأشهر الحرم وأفضلها المحرم ثم رجب
خروجا من خلاف من فضله على الأشهر الحرم ثم باقيها وظاهره الاستواء ثم
شعبان (. اهـ
“Ketahuilah
sesungguhnya paling utamanya bulan-bulan untuk melakukan puasa setelah
Ramadhan adalah puasa bulan-bulan Haram. Sedangkan paling utamanya
adalah Muharrom kemudian Rojab agar keluar dari Khilaf tentang
keutamaannya atas bulan-bulan Haram yang lainnya, yang jelas
keutamaannya sama dengan bulan-bulan haram yang lainnya kemudian
Sya’ban”.
4. Pendapat dari Ulama’ Madzhab Hanbali
• Ibnu Qudamah menyebutkan dalam Al-Mughni juz 3 hal. 53 :
فصل : ويكره إفراد رجب بالصوم .
قال أحمد : وإن صامه رجل , أفطر فيه يوما أو أياما , بقدر ما لا يصومه كله
... قال أحمد : من كان يصوم السنة صامه , وإلا فلا يصومه متواليا , يفطر
فيه ولا يشبهه برمضان ). اهـ
“Fasal
: Dan dimakruhkan mengkhususkan Rojab dengan puasa, Imam Ahmad berkata
“Apabila seseorang berpuasa bulan Rojab maka berbukalah sehari atau
beberapa hari sekiranya ia tidak puasa sebulan penuh, Imam Ahmad berkata
“Barangsiapa terbiasa puasa setahun maka boleh berpuasa sebulan penuh
kalau tidak biasa puasa setahun janganlah berpuasa terus-menerus dan
jika ingin puasa rojab sebulan penuh hendaknya ia berbuka di bulan Rojab
(biarpun sehari) agar tidak menyerupai Ramadhan”.
Dari keterangan tersebut sangat jelas bahwa Imam Ahmad tidak membidahkan puasa rojab.
• Disebutkan dalam Al-Furu’ Karya Ibn Muflih juz 3 hal. 118 :
فصل : يكره إفراد رجب بالصوم نقل
حنبل : يكره , ورواه عن عمر وابنه وأبي بكرة , قال أحمد : يروى فيه عن عمر
أنه كان يضرب على صومه , وابن عباس قال : يصومه إلا يوما أو أياما. وتزول
الكراهة بالفطر أو بصوم شهر آخر من السنة . اهـ
“Fasal
: Dimakruhkan mengkhususkan Rojab dengan berpuasa berdasarkan apa yang
dinukil dari Imam Ahmad Bin Hanbal dan diriwayatkan oleh Umar dan
puteranya dan Abi bakrah. Imam Ahmad berkata “Diriwayatkan dari
Sayyidina Umar Ra sesungguhnya beliau memukul orang yang berpuasa Rojab,
dan berkata Ibnu Abbas “Hendaknya berpuasa Rojab dengan berbuka sehari
atau beberapa hari”. Dan kemakruhan puasa bulan rojab akan hilang dengan
berbuka (walaupun sehari) atau dengan berpuasa di bulan lain selain
bulan rojab.
D. KESIMPULAN
Dari penjelasan dari ulama empat madzhab sangat jelas bahwa puasa bulan
rojab adalah sunnah hanya menurut madzhab Imam Ahmad saja yang makruh.
Dan ternyata kemakruhan puasa Rojab menurut madzhab Imam Hanbali itu pun
jika dilakukan sebulan penuh .adapaun kalau berbuka satu hari saja atau
di sambung dengan sehari sebelumnya atau sesudahnya. Atau dengan
melakukan puasa di dselain bulan rojab maka kemakruhannya akan hilang .
Dan mereka tidak mengatakan puasa rojab bid'ah sebagaimana yang marak
akhir-akhir ini disuarakan oleh kelompok orang dengan menyebar
selebaran, siaran radio atau internet.
Wallohu a'lam bishshowab